Kingdom Come: Deliverance Review – RPG untuk Gamer's Sabar


RPG merupakan genre game yang kompleks dan fleksibel. Banyak hal yang bisa desainer game lakukan dengan konsep RPG, akan tetapi ada beberapa elemen yang menjadi fondasi dari genre ini: levelling, equipment, dan membangun karakter sesuai kehendak pemain. Pada kebanyakan RPG, sistem levelling terjadi setiap kali pemain mencapai target XP yang dibutuhkan. Tiap naik level, atribut karakter dapat dinaikkan dan pemain mendapatkan pilihan untuk memilih skill aktif atau buff passive baru. Namun pada RPG Bethesda – khususnya pada The Elder Scrolls, sistem levelling dibagi menjadi berbagai cabang. Pemain akan level up sesuai dengan aksi apa yang sering mereka lakukan. Apabila pemain sering menggunakan pedang, maka kemampuan mengayun pedangnya yang akan terus naik, apabila dia senang membunuh musuh secara diam-diam, maka tingkat stealth akan naik. Saya selalu merasa jika ini menjadi sistem levelling paling menarik dan natural untuk game RPG karena atribut yang naik memang sesuai dengan cara bermainmu. Sayangnya sistem ini tak banyak yang menggunakan, 7 tahun setelah seri The Elder Scrolls terakhir dirilis, Kingdom Come: Deliverance menjadi salah satu game yang akhirnya menggunakan formula RPG ini.

Kingdom Come: Deliverence merupakan game yang menarik untuk dijelaskan. Secara garis besar, game terlihat seperti “versi non-fantasi” dari The Elder Scrolls IV: Oblivion, bahkan beberapa  elemen seperti UI, dunia game dan sistem levelling terlihat terinspirasi dari game tersebut. Akan tetapi semua aspek gameplay yang disuntikkan oleh Warhorse Studios sangatlah kompleks sekaligus rumit untuk game satu ini, dan bisa dimengerti apabila akan banyak gamer yang menyerah setelah bermain beberapa jam. Tetapi jika pemain tersebut benar-benar mau menguasai segala mekanik gameplay yang ditawarkan, pemain serasa ikut level up bersama karakter utama yang mereka mainkan. Apa maksud dari penjelasan saya tersebut, dan seberapa bagus game ini untuk fans RPG? Review ini akan menjelaskannya secara detil.

Kingdom Come: Deliverance mengambil latar di awal abad ke-15, di kerajaan Bohemia yang kini menjadi Republik Ceko. Kamu bermain sebagai Henry, seorang anak desa yang tinggal di Skallitz. Ya… Anak desa biasa, bukanlah seorang pangeran, komandan perang ataupun seseorang yang diutus oleh malaikat yang menjadi klise di game RPG. Kamu hanyalah seorang anak dari perajin pedang yang tak bisa apa-apa mulai dari bertarung, berenang, dan bahkan membaca. Game dimulai dengan Henry membantu ayahnya menyelesaikan pedang untuk Sir Radzig Kobyla – raja dari Skallitz. Semuanya berjalan lancar, namun tentu saja game takkan terjadi apabila tak ada konflik. Tepat setelah pedang untuk Sir Radzig selesai, Skallitz diserang tanpa peringatan oleh pasukan Cuman. Henry hanya bisa melihat kedua orang tuanya dibunuh oleh pasukan Hungaria tersebut dan melarikan diri menuju Talmberg untuk memperingati mereka akan serangan besar-besaran ini.

Usai pembantaian dari pasukan Cuman selesai, Henry kembali menuju desa Skallitz untuk mengubur jasad kedua orang tuanya berserta kekasihnya – Bianca. Namun nasib buruk kembali menimpa Henry setelah dirinya diserbu oleh gerombolan bandit. Untungnya dia diselamatkan kembali oleh prajurit dari Talmberg, akan tetapi pedang ayahnya dicuri oleh bos pasukan bandit tersebut. Henry dibawa oleh Theressa – salah satu warga Skallitz yang selamat dari pembantaian ini menuju Rattay dan merawatnya hingga pulih kembali. Kini Henry miliki dua misi setelah tragedi yang menimpanya ini: Merebut kembali pedang ayahnya dari tangan sang bandit, serta membunuh Markvart von Auliz – ketua dari pasukan Cuman sekaligus pria yang membunuh kedua orang tuanya.


Aspek cerita dari Kingdom Come: Deliverance menjadi salah satu aspek terbaik dari game ini. Cerita di game mungkin tidaklah unik sama sekali dan banyak yang telah melakukannya di berbagai media lain, namun dengan pacing yang pas dan jalan cerita yang dibawakan dengan baik, Kingdom Come: Deliverance berhasil dalam membuat pemain ingin tahu akan apa yang terjadi selanjutnya. Setiap karakter yang terlibat dalam cerita miliki sifat yang menarik untuk ditelusuri meskipun miliki karakteristik yang klise. Pembuka game mungkin terkesan terlalu lama (sesi prolog memakan waktu 3 jam atau lebih tergantung pada pemain), tetapi setelah pembuka yang lambat ini, konflik-konflik baru yang dihadapi Henry mulai menjadi seru dan perkembangan karakter dari Henry ataupun karakter lainnya mulai diperkenalkan lebih mendalam.


Meskipun cerita diambil berdasarkan sejarah asli dari Republik Ceko, Warhorse Studios tak mau membatasi kebebasan pemain dalam menyelesaikan game. Setiap quest di game biasanya memiliki beberapa solusi untuk diselesaikan. Tak semuanya harus berakhir dengan pedang dan darah, terkadang berbicara secara damai menjadi jawaban terbaik di tiap permasalahan yang ada karena combat di game ini benar-benar sulit, kita akan bahas soal combat secara detil nanti.

Kita ambil contoh termudah saja yaitu pada prolog game. Setelah kamu bangun, quest pertama yang diperintahkan kepadamu adalah menagih utang dari seseorang bernama Kenesh, akan tetapi dia tak bisa membayar sekarang disaat kamu butuh uang tersebut untuk membeli batu bara untuk selesaikan pedang ayahmu. Apakah kamu akan memukul Kenesh sampai minta ampun karena tak mau bayar utang, atau mungkin kamu masuk kedalam rumah dan curi barangnya agar bisa dijual, atau kamu lebih memilih jadi orang baik dan kembali ke ayahmu untuk minta uangnya saja? Ini baru tiga dari belasan cara yang bisa kamu lakukan untuk selesaikan quest ini. Quest seterusnya nanti kebanyakan miliki pola seperti ini, membuat pemain merasa punya kebebasan untuk selesaikan masalah yang dihadapi mereka.


Bahkan jika quest tersebut tak tawarkan solusi bercabang seperti ini, kamu masih akan dibuat telah menyelesaikan sesuatu dengan pemikiranmu sendiri dan bukan karena game memberitahu dengan pasti apa yang harus kamu lakukan. Semua ini karena Kingdom Come: Deliverance tidak sepenuhnya mengeksploitasi fungsi map marker. Tak jarang game hanya memberi tahu lokasi terakhir dari orang yang mau kamu cari saja dan sisanya harus kamu cari sendiri lokasi spesifiknya dimana. Hal ini mendorong pemain untuk meeksplor dunia yang ditawarkan game dan tak sekedar mengikuti map marker. Bisa dimengerti jika banyak pemain yang akan merasa bosan dan jengkel akan sistem seperti ini, tetapi tak ada salahnya untuk sesekali berpetualang mencari jawaban dari sebuah masalah daripada harus terus-terusan mengikut apa yang developer perintahkan padamu.



Harapan saya satu-satunya dari sistem ini adalah keberadaan custom marker layaknya sticker di The Legend of Zelda: Breath of the Wild. Tak jarang saya temukan sesuatu yang menarik di perjalanan menuju tujuan quest seperti markas musuh atau tempat yang penuh dengan loot gratis, sayangnya game tidak menandai semua lokasi menarik tersebut di map, membuat saya terpaksa untuk menyimpang ke tempat tersebut dahulu karena tak mau terlupa akan lokasi menarik tersebut nantinya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kingdom Come: Deliverance Review – RPG untuk Gamer's Sabar"

Posting Komentar